Penulis : Hartiyowidi Yuliawuri, S.Si., M.Biomed.
Apakah vaksin itu? Apakah sama dengan imunisasi? Apa perbedaan antar jenis vaksin?
Selama pandemi COVID-19, banyak pertanyaan yang terlintas diantara masyarakat mengenai vaksin. Vaksin bisa disebut imunisasi juga, karena memiliki tujuan untuk memicu kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan jumlah sel imun dalam menghadapi paparan kuman penyebab infeksi. Dengan melakukan vaksinasi, tubuh kita diajari mengenali kuman tertentu dan bagaimana cara meresponnya. Tubuh akan menyiapkan “prajurit” yaitu sel-sel imun yang memiliki memori untuk kuman tertentu, sehingga ketika ada serangan, maka tubuh kita lebih siap berperang melawan mereka.
Terdapat beberapa pendekatan untuk merancang vaksin. Seperti sebuah mobil memiliki bahan bakar khusus, vaksin memiliki bahan baku tertentu dalam perancangannya. Jenis vaksin yang dikembangkan untuk melawan virus SARS-CoV2 penyebab COVID-19 antara lain: vaksin Live Attenuated atau Inactivated whole virus, vaksin messenger RNA (mRNA), vaksin DNA, dan vaksin subunit (purified antigens). Berikut penjelasan dan contoh dari masing-masing jenis vaksin.
- Vaksin attenuated/inactivated whole virus. Vaksin ini menggunakan pendekatan tradisional yaitu mengambil virus, memperbanyak virus, dan melemahkan atau menginaktivasi virus. Oleh karena itu, teknik ini sangat cepat dikembangkan karena teknologi sudah sering digunakan khususnya di Indonesia, seperti vaksin MMR, BCG, Varicella untuk virus dilemahkan, dan polio, influenza serta hepatitis A untuk virus inaktivasi. Jenis vaksin inaktivasi yang digunakan untuk SARSCoV2 yaitu SINOVAC.
- Vaksin messenger RNA (mRNA). Vaksin ini berbasis mRNA (mRNA spike) yang dienkapsulasi (dibungkus) oleh nanopartikel berupa lipid. Contohnya yaitu vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech. Kekurangannya struktur mRNA kurang stabil pada suhu ruang sehingga vaksin jenis ini perlu disimpan di dalam freezer suhu -20 sampai -70°C.
- Vaksin DNA. Vaksin jenis ini dikembangkan oleh tim Oxford-AstraZeneca untuk melawan virus SARS-CoV 2. Sebagian dari virus (DNA spike) dimasukkan ke dalam vektor Adenovirus. Vektor sebagai kendaraan yang mengantarkan paket (contoh: DNA spike SARS-CoV2) ke dalam sel. Wah mengapa ada tambahan virus lainnya (adenovirus)? Tenang, karena sebagai vektor tugasnya mengantarkan paket dan vektor tidak dapat bereplikasi/berkembangbiak dalam sel. Setelah berhasil masuk ke sel, paket dihantarkan ke inti sel (nukleus). Di inti sel, paket ini (DNA spike) kemudian menjadi mRNA lalu keluar dari inti sel dan menjadi protein. Protein muncul ke permukaan sel dan dikenali oleh sistem imun. Karena bentuk DNA (untai ganda), maka vaksin ini lebih stabil dibandingkan jenis mRNA (untai tunggal). Vaksin dapat disimpan di kulkas suhu (2-8°C) selama kurang lebih enam bulan.
- Vaksin Subunit (purified antigens). Pendekatan ini digunakan tim peneliti di Lembaga Eijkman sebagai lembaga utama untuk mengembangkan vaksin merah putih, beserta lembaga mitra dari institusi maupun universitas. Vaksin tersebut berbasis rekombinan protein yaitu subunit protein S (Spike) dan N (Nucleocapsid). Sampai saat ini, vaksin merah putih dalam tahap pengembangan dan selanjutnya akan diproduksi massal oleh PT. BioFarma.
Apakah booster (pengulangan) vaksin ketiga diperlukan?
Ada dua istilah yang perlu dibedakan, yaitu antara dosis vaksin booster dengan dosis vaksin tambahan. Dikutip dari pernyataan WHO (October 2021), dosis vaksin booster diperuntukkan bagi orang yang sudah pernah mendapatkan vaksin dosis pertama atau kedua (bergantung pada produknya), ketika seiring berjalannya waktu imunitas tubuh menurun. Tujuan dari dosis vaksin booster adalah untuk mengembalikan efektivitas vaksin yang dianggap tidak mencukupi lagi. Sedangkan, dosis vaksin tambahan diperuntukkan bagi orang dengan kondisi tertentu (seperti orang dengan penyakit sistem imun atau lanjut usia) atau kebijakan dari pemerintah nasional bagi populasi yang memerlukan imunitas tambahan. Tujuan dari dosis tambahan adalah untuk mengoptimalkan atau meningkatkan respon imun sehingga diperoleh efektivitas yang cukup untuk melawan penyakit. Jadi dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebenarnya sudah mendapatkan dosis vaksin booster kedua sesuai dengan produk vaksin yang diterima. Keperluan booster vaksin ketiga, atau yang lebih tepat disebut adalah dosis vaksin tambahan, diperlukan hanya bagi masyarakat yang memerlukan imunitas tambahan seperti pekerja di rumah sakit, orang lanjut usia atau yang memiliki penyakit imunitas.
Kontributor: Hartiyowidi Yuliawuri, M. Biomed. & Jeanne Elvia Christian, M. Biomed.
Referensi
Baden LR, El Sahly HM, Essink B, Kotloff K, Frey S, Novak R, Diemert D, Spector SA, Rouphael N, Creech CB, McGettigan J, Khetan S, Segall N, Solis J, Brosz A, Fierro C, Schwartz H, Neuzil K, Corey L, Gilbert P, Janes H, Follmann D, Marovich M, Mascola J, Polakowski L, Ledgerwood J, Graham BS, Bennett H, Pajon R, Knightly C, Leav B, Deng W, Zhou H, Han S, Ivarsson M, Miller J, Zaks T; COVE Study Group. Efficacy and Safety of the mRNA-1273 SARS-CoV-2 Vaccine. N Engl J Med. 2021 Feb 4;384(5):403-416. doi: 10.1056/NEJMoa2035389. Epub 2020 Dec 30. PMID: 33378609; PMCID: PMC7787219.
Corum, Jonathan & Carl Zimmer. How the Oxford-AstraZeneca Vaccine Works. 2021 May 7th [cited 2021 November 2nd]. Available from: https://www.nytimes.com/interactive/2020/health/oxford-astrazeneca-covid-19-vaccine.html
Lembaga Eijkman. Pembaruan Vaksin COVID-19. 2020 [cited 2021 November 2nd]. Available from: http://covid19.eijkman.go.id/pembaruan-vaksin/.
Thomas, S. J., Moreira, E. D., Kitchin, N., et al. (2021). Safety and Efficacy of the BNT162b2 mRNA Covid-19 Vaccine through 6 months. The New England Journal of Medicine. doi:10.1056/NEJMoa2110345. https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa2110345.
WHO. Interim statement on booster doses for COVID-19 vaccination. 2021 October 4th [cited 2021 November 2nd]. Available from: https://www.who.int/news/item/04-10-2021-interim-statement-on-booster-doses-for-covid-19-vaccination.