Penulis oleh: Samuel Pangeran Aletheia, M.T.
Pernahkah Anda merasa penasaran dengan makanan berwarna-warni dan unik yang ada di toko? Ketika melihat makanan semacam itu, mungkin beberapa pertanyaan muncul di benak Anda. Apakah makanan tersebut mengandung zat kimia berbahaya dan aman untuk dikonsumsi? Tenang saja, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memastikan bahwa makanan dalam kemasan yang memiliki nomor registrasi BPOM aman untuk dikonsumsi, selama masih dalam batas wajar.
Ketika kita berbicara tentang makanan dalam kemasan, pasti ada beberapa zat kimia yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, seperti asam benzoat, tartrazin, dan aspartam. Akan tetapi, kita tidak perlu khawatir, sebab BPOM telah menetapkan batas aman konsumsi untuk senyawa-senyawa kimia ini, yang disebut dengan Acceptable Daily Intake (ADI). Namun, dengan seiring dengan bertambahnya jenis zat kimia yang digunakan di industri makanan, bagaimana para ahli dan produsen makanan tersebut dapat memastikan keamanannya?
Di sinilah teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) hadir untuk membantu. Salah satu contoh AI yang terkenal akhir-akhir ini adalah ChatGPT, yang menawarkan potensi besar dalam aplikasi industri kimia dan makanan. Kolaborasi antara para ahli kimia dan AI membawa harapan baru dalam menghadapi tantangan kompleks di industri ini.
Pertama, teknologi AI seperti ChatGPT mampu memberikan wawasan mendalam melalui analisis data besar dan kompleks. Dalam industri kimia, teknologi ini dapat digunakan untuk menganalisis hasil percobaan, mengidentifikasi tren, dan mengoptimalkan proses produksi. Dengan bantuan ChatGPT, para ahli kimia dapat mengambil keputusan dengan lebih informasional dan efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi.
Kolaborasi ini juga membuka peluang baru dalam pengembangan material yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan menggunakan pemodelan dan simulasi kimia berbasis AI, para peneliti dapat memprediksi sifat material dan mempercepat pengembangan material baru (Gambar 1). Inovasi semacam ini berpotensi mengarah pada bahan-bahan yang lebih berkelanjutan (sustainable), serta mengurangi ketergantungan pada bahan langka dan berbahaya.
Gambar 1. Mengeksplorasi Senyawa Kimia dengan AI (sumber: Weber et al., 2021)
Selain itu, teknologi AI dapat berfungsi sebagai asisten virtual dalam riset dan pengembangan kimia. Dengan bantuan teknologi ini, peneliti dapat memperoleh saran, menganalisis data, dan menyelesaikan masalah yang kompleks dengan lebih cepat. Sebagai contoh, melalui penelitian yang dilakukan Gabriel Vogel dkk. (2023) dalam menggunakan basis teknologi yang serupa dengan ChatGPT, peneliti mampu menghasilkan gambaran proses manufaktur industri yang sederhana. Keuntungan ini memungkinkan para peneliti dan insinyur kimia untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, menemukan solusi baru, dan mempercepat proses riset dan pengembangan.
Gambar 2. Perancangan Proses Manufaktur dengan Bantuan AI dengan Basis ChatGPT (sumber: Vogel et al., 2023)
Kolaborasi antara teknologi AI dan teknik kimia juga membuka peluang kolaborasi lintas disiplin. Integrasi AI memungkinkan kerja sama dengan bidang ilmu lain, seperti mesin, material, dan lingkungan. Dengan demikian, solusi yang dihasilkan menjadi lebih holistik dan berkelanjutan dengan menggabungkan aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan.
Dengan adanya kolaborasi antara AI dan para ahli kimia, kita mengharapkan munculnya inovasi-inovasi baru dalam industri makanan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, masa depan industri kimia dan makanan tampak semakin cerah dan menjanjikan.
Daftar Pustaka:
Vogel, G., Schulze Balhorn, L., Schweidtmann, A.M., 2023. Learning from flowsheets: A generative transformer model for autocompletion of flowsheets. Comput. Chem. Eng. 171, 108162. https://doi.org/10.1016/j.compchemeng.2023.108162
Weber, J.M., Guo, Z., Zhang, C., Schweidtmann, A.M., Lapkin, A.A., 2021. Chemical data intelligence for sustainable chemistry. Chem. Soc. Rev. 50, 12013–12036. https://doi.org/10.1039/D1CS00477H