Inovasi Mahasiswa CIT: Pengembangan Spray Antimikroba Berbasis Limbah Bekatul untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah

April 14, 2023

Limbah bekatul atau sering juga disebut sebagai sekam padi adalah limbah yang dihasilkan dari penggilingan beras. Limbah ini terdiri dari kulit ari dan lapisan tipus di luar butir beras yang tidak dapat dimakan dan sulit diuraikan. Meskipun merupakan produk samping, limbah tersebut ternyata dapat dimanfaatkan menjadi spray antimikroba untuk memperpanjang umur simpan buah.

Inovasi pengolahan limbah bekatul menjadi spray antimikroba tersebut merupakan inovasi yang dikembangkan oleh mahasiswi-mahasiswi Calvin Institute of Technology (CIT) program studi Chemical and Food Processing, yaitu Angellie Naomi dan Fiona Wijaya yang meraih Juara 1 dan Juara Favorit dalam kompetisi CONCEPT UNPAR. Mereka merancang inovasi tersebut berdasarkan studi literatur yang mereka lakukan, dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan buah.

Fiona mengatakan bahwa mereka memiliki slogan “from waste to reduce waste”, maka dari itu mereka menggunakan limbah bekatul untuk mengurangi sampah buah.  

Keunggulan inovasi tersebut terletak pada penggunaan bahan baku yang berasal dari limbah pertanian yang umumnya tidak dimanfaatkan. Di Indonesia sendiri menurut Bappenas tahun 2021, sampah buah per tahunnya mencapai 8,6 juta ton dengan penyebab utama umur simpan buah yang singkat. Kemudian, menurut Atlas Big tahun 2021, untuk limbah bekatul per tahunnya mencapai enam juta ton. Maka dari itu, inovasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi alternatif dalam mengurangi limbah pangan dan dampaknya terhadap pencemaran lingkungan.  

Menurut Fiona terdapat dua aspek penting yang mereka pikirkan, yaitu aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Inovasi produk tersebut dapat menurunkan emisi karbon yang dihasilkan dari pembusukan buah, sekaligus berperan dalam meningkatkan ekonomi dimana semakin sedikit buah yang busuk pada saat distribusi, maka semakin banyak buah yang dapat dijual. 

Meskipun bekatul memiliki senyawa aktif polifenol yang dapat membunuh mikroba, penggunaannya terhadap buah sebagai spray antimikroba tetap aman dikonsumsi karena konsentrasi senyawa tersebut kecil sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Selain itu, spray antimikroba yang dihasilkan juga berbasis air dan tidak berbau. 

Dengan mengikuti lomba tersebut, mereka menyatakan bahwa banyak hal berharga yang dipelajari, baik itu dari sisi pengetahuan yang didapat maupun pengalaman. Mengikuti perlombaan membuat mereka memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai permasalahan yang ada dalam masyarakat, dalam hal ini sampah buah yang dihasilkan, yang kemudian mendorong mereka untuk memikirkan solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut. Lebih dari pada itu, dengan inovasi yang mereka tawarkan mereka dapat menjadi shalom bagi orang lain. 

Menurut salah satu anggota pemenang lomba tersebut, Angellie, manusia hidup di dunia ini bukan hanya untuk memanfaatkan alam tetapi harus juga menjaganya, sehingga melalui inovasi yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi berkat bagi orang lain. 

Mereka menyatakan bahwa pembelajaran yang diterima di kelas juga sangat membantu, terutama untuk mata kuliah yang termasuk dalam kurikulum Reformed Liberal Arts (RLAC) dapat mereka integrasikan dalam lomba, baik dalam hal teknik presentasi maupun aspek ekonomi. 

CIT memberikan dukungan secara penuh terhadap mahasiswa yang mengikuti suatu perlombaan. Terdapat dosen-dosen yang terus mendorong setiap mahasiswa untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, karena pembelajaran tidak hanya diperoleh secara internal melalui perkuliahan, melainkan dapat juga diperoleh dari luar, salah satunya dengan mengikuti perlombaan.  

Selain itu, terdapat dosen yang berperan untuk membimbing setiap mahasiswa yang mengikuti perlombaan. Fiona mengatakan bahwa bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing bersifat progresif, dimana dosen dengan sabar mengarahkan mahasiswa untuk memikirkan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang diangkat. Kemudian, dalam proses pembelajarannya terdapat kritik dan saran yang juga membangun. 

Hal yang paling utama, yaitu pola pikir mahasiswa juga dibentuk agar dapat melihat bahwa yang terpenting dari suatu perlombaan bukan persoalan menang atau kalahnya, melainkan proses pembelajaran yang diperoleh sehingga suatu kemenangan merupakan sebuah bonus. 

RELATED POSTS